Jenis-Jenis Penyakit Akibat Kerja
Sepertihalnya penyakit pada umumnya, penyakit akibat kerja juga dapat menyebabkan gangguan pada seluruh organ atau bagian tubuh. Dengan demikian jenis-jenis PAK dapat dibedakan berdasarkan organ yang terkena (target organ).
a. Penyakit Kulit dan Penyakit paru.
Kulit dan paru-paru dan organ pernafasan lainnya sering menjadi organ sasaran (targen organ) PAK yang berupa penyakit alergi/hipersensitivitas, antara lainpada hidung dan rongga tulang sekitar hidung/sinus berupa rinitis, rinosinusitis; pada paru-paru dan batang tenggorok/bronkus berupa asma, pneumonitis/alveolitis ekstrinsik alergi, aspergilosis; pada kulit berupa dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan, hipersensitivitas lateks, penyakit jamur dll.
Dermatitis kontak merupakan penyakit kulit akibat hubungan kerja yang paling sering ditemukan. Dermatitis kontak ada 2 jenis yaitu dermatitis kontak iritan dan alergi. Kedua jenis dermatitis ini dapat menjadi kronik bila penyebabnya tidak diketahui dan tidak disingkirkan.
Contoh beberapa penyakit paru akibat kerja adalah asma, bisinosis, alviolitis alergi, bronchitis kronis, emfisema, karsinoma bronkus, fibrosis noduler atau difus, sarkoidosis,tuberkulosis, pneumonitis, pneumonia, fibrosis pleura atau mesotelioma.
b. Penyakit hati dan gastro-intestinal (lambung danusus)
Meskipun jarang dilaporkan, berbagai penyakit hati dapat ditimbulkan akibat kerja misalnya kanker hati akibat uap vinilklorid. Prevalensi kanker lambung dan oesofagus meningkat pada karyawan vulkanisasi karet dan tambang batu bara. Hati berfungsi dalam transformasi bahan kimia yang larut dalam lipid dan menjadikannya bahan yang larut dalam air. Proses ini biasanya menghasilkan bahan yang kurang toksik, tetapi dapat terjadi sebaliknya.
c. Penyakit saluran urogenital (saluran kemih & organ reproduksi).
Gagal ginjal akut dapat terjadi akibat paparan dengan uap logam (cadmium, merkury, timah hitam), pelarut organik dan pestisida. Carbon tetrachloride dan berbagai bahan pelarut lainnya dapat menimbulkan kerusakan jaringan ginjal (nefron) dan gagal ginjal kronik. Kanker vesika urinaria (kandung kemih) dapat ditemukan pada pekerja industri karet dan pekerja manufaktur dan penggunaan bahan pewarna organik misalnya benzidin. Benzidin dan 2-naphthylamin oleh hati dikonversi menjadi bahan karsinogen yang dikeluarkan melalui urin dan dapat menimbulkan keganasan pada kandung kemih.
Gangguan kesuburan (infertilitas), keguguran dan kelainan janin/fetus kadang dapat terjadi oleh bahan dalam lingkungan kerja. Kerja fisis selama hamil, paparan radiasi mengion, timah hitam (pada pria dan wanita), merkuri organik (pada wanita) dapat menimbulkan gangguan reproduksi.
d. Penyakit hematologik (darah).
Meskipun jarang, bahan toksik di lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai gangguan hematologik. Kolik abdominal (kejang perut), paralisis saraf motoris (kelumpuhan) dan anemia dapat terjadi oleh paparan uap Pb diatas 40 ug/ 100 ml.
e. Penyakit kardiovaskuler (jantung dan saluran darah).
Pada pekerja yang terpapar dengan karbon disulfida dan viscose rayon, ditemukan peningkatan kematian oleh penyakit jantung koroner. Resiko tinggi nyeri dada akibat jantung (angina) dan kematian jaringan jantung (infark myocard) ditemukan pada pekerja yang terpapar dengan nitrat seperti gliceryl trinitrat dan ethyline glycol dinitrate, misalnya pada manufaktur bahan peledak dan obat-obatan. Paparan dengan bahan pelarut organik halogen seperti trichloroethyline dapat menimbulkan kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel.
f. Penyakit muskuloskeletal (otot dan kerangka tubuh)
Sindroma Raynaud atau vibration white finger disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah (spasme vaskuler) sebagai akibat dari gangguan alat kerja yang bergetar antara 20 - 400 Hz. Carpal tunnel syndrome berupa parestesi pada nervus medianus dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berulang-ulang pada tangan (palmar dan pergelangan) sewaktu kerja.
Gangguan padapunggung dan dan tulang belakang misalnya nyeri pinggang atau low back pain (LBP), hernia nucleus pulposus (HNP) dan kebanyakan gangguan ortopedis lain sering terjadi akibat pekerjaan fisik yang berat (mengangkat beban, mendorong, menahan beban dll.) yang kurang memperhatikan prinsip ergonomi kerja.
g. Gangguan pada organ pendengaran (telinga)
Gangguan pendengaran sering terjadi akibat paparan kebisingan yang tinggi. Kebisingan sangat tinggi dalam waktu singkat dapat memecahkan selaput pendengaran (membrana tymphani), sedangkan paparan kebisingan dalam jangka lama sering mengakibatkan kehilangan pendengaran (noise induced hearing loss).
Kehilangan pendengaran akibat bising dapat bersifat sementara (temporary) yang masih dapat disembuhkan, dan dapat bersifat permanen yang tidak dapat disembuhkan. Gangguan pendengaran lain akibat bising dapat berupa telinga terasa berdenging (tinitus).
Gangguan pendengaran yang belum permanen dapat disembuhkandengan memindahkan pekerja ke tempat kerja yang tidak/kurang bising. Tanda-tanda gangguan pendengaran akibat bising antara lain dini ialah kesulitan untuk mengikuti percakapan di tempat yang ramai dan tidak menyukai percakapan orang banyak.
h. Gangguan pada organ penglihatan (mata)
Gangguan pada mata antara lain adalah katarak akibat sinar inframerah, radang selaput mata (conjungtivitis) akibat sinar ultra violet dan penurunan tajam penglihatan (visus) akibat tempat kerja kurang pencahayaan.
Rasa sakit pada mata dapat disebabkan oleh karena penataan pencahayaan tempat kerja yang buruk. Mata gatal sering ditemukan pada karyawan terpapar dengan bahan organik asal hewan dan debu asal padi-padian. Reaksi iritasi non-alergi dapat ditimbulkan oleh chlor dan formaldehid.
i. Gangguan susunan syaraf
Painting, carpet-tile lining, laboratorium kimia, paparan petrolium dan oli merupakan tempat kerja yang mengandung resiko terjadinya gangguan saraf. Gejalanya dapat berupa pusing, tidak dapat konsentrasi, sering lupa, depresi, demensia, neuropati perifer (kesemutan), ataksia serebelar dan penyakit motor neuron (kelumpuhan).
j. Stres
Stres di tempat kerja dapat menyebabkangangguan kejiwaan (psikis) misalnya kecemasan (ansietas), depresi ringan sampai berat, psikosis dan psikosomatis.
k. Infeksi
Infeksi akibat kerja dapat terjadi pada pekerja di laboratorium klinik (misalnya hepatitis virus, TBC, HIV/AIDS). Pekerja di ruangan ber AC dilaporkan dapat menimbulkan infeksi kuman Legionella yang dapat menimbulkan pneumonia (radang paru-paru). Infeksi kuman leptospira dapat terjadi pada petani dan sering menimbulkan kematian akibat gagal hepatorenal, kuman brucella pada peternak dan dokter hewan.
l. Keracunan (intoksikasi)
Keracunan di tempat kerja sering terjadi bersifat kronik akibat paparan dengan bahan kimia dalam jangka lama misalnya logam berat (timah hitam, kadmium, merkuri) organik solven (benzen, toluen, xilene), pestisida dan larutannya. Keracunan akut terjadi bila dalam waktu pendek terpapar bahankimia dalam jumlah atau konsentrasi yang besar.
Petani sering terkontaminasi dengan insektisida yang mengandung carbamat atu organophosphate dan menunjukkan tanda keracunan antikolinesterase dengan gejala antara lain gangguan visus, lemah, keringatan, tremor, sakit kepala dan rasa mabuk danmuntah-muntah.
Komentar
Posting Komentar